ANARKISME BERNAMA
SUPORTER SEPAKBOLA
“Ayah
aku takut.......!!”, suatu ketika saya keluar dari pintu stadion, seorang anak
kecil yang digendong ayahnya berkata demikian dengan wajah pucat pasi, miris
saya melihatnya. Niat ayah yang mengajak anaknya untuk mencari sebuah “hiburan”,
yaitu pertandingan sepak bola yang biasanya disuguhkan pertandingan yang
menarik dan hiburan dari koreo-koreo suporter tuan rumah yang menghibur,
sambutan untuk suporter lawan yang hangat, dan balasan dari suporter lawan yang
hangat pula, dengan kompaknya menanyakan kabar bagaimana keadaan suporter tuan
rumah. Merinding melihat kekompakkan begitu banyak masa, dengan keramah
tamahannya saling membalas yel-yel.
Tapi
tidak waktu seorang anak kecil yang digendong ayahnya berkata demikian, tidak
ada pertandingan menarik, hanya 1 babak pertandingan, yang tidak dilanjutkan
dengan babak kedua, dengan alasan tim tamu tidak mendapatkan keamanan, ya
memang tidak aman, saya yang waktu itu duduk di bangku VIP saja merasa
terganggu oleh ulah-ulah mereka yang mengaku seorang “suporter sejati”. HAH
suporter sejati..?? TIDAK..!! Karena didalam sepakbola banyak mengajarkan kita
tentang kebersamaan, sepakbola mempersatukan kita. FIFA sendiri sepagai
otoritas tertinggi sepakbola dunia, mengajarkan untuk RESPECT, anti RASISME.
Dimana kesejatian kalian..??
Di
dalam stadion hanya ada letusan-letusan petasan yang sampai mengarah ke para
pemain dimana di dalam lapangan juga ada pemain-pemain tim yang kita bela,
hujatan-hujatan kepada tim lawan, yang mana mereka adalah saudara-saudara kita,
pemain lawan pun mereka adalah tulang punggung timnas kita, siapa yang rugi
coba..? Kalau salah satu pemain mereka
cidera, yang mana mereka adalah tulang punggung timnas kita, pemain masa depan
timnas kita. Berpikirkah anda sampai kesitu..?? Kita rugi, ya kita merugikan
tim yang kita bela, kita memalukan kota kita sendiri yang terkenal dengan
kesopanannya, mana kesopanan kalian.?? Ya kita pasti akan mendapat sanksi
ataupun denda dari otoritas sepakbola tertinggi negeri ini, denda..?? Mampu
kita bayar denda, sedangkan unutk membayar gaji pemain kita saja kita menunggak
berbulan-bulan.
Itu
ya kesejatian kalian, kefanatikan kalian? Dengan alasan pada waktu bermain
disana kita mendapat sambutan yang demikian pula. Dibenarkan ya, kejahatan
dibalas dengan kejahatan? Sampai kapan akan terselesaikan, kapan stadion penuh,
tiket sold out.?? Sebulan lalu saya kecewa gagal menyaksikan pertandingan
berkualitas, yang diberi tajuk ”el classiconya Indonesia” karena hal-hal yang
demikian itu, saya liat di sosial media, banyak saudara-saudaraku suporter yang
menyayangkan itu, tapi apa? Kita sama saja dengan mereka kalau seperti itu
tadi, memalukan, mengecewakan banyak pihak. Salah seorang pemain timnas pun
membuat statmen di sosial media “Ini Sepak Bola bukan perang saudara”, pun
demikan temanku yang menyaksikan pertandingan tadi di dalam stadion, berkata “Ini
nonton bola apa nonton perang?”
Ingin
aku berteriak sekencang-kencangnya, untuk menghilangkan kekecewaan saya ini,
kekecewaan pada sesuatu yang paling aku sukai, oh sampai kapan berakhir, Ya
Tuhan ampunilah kami yang tega menghajar saudara-saudara kita sendiri.
SALAM SEPAKBOLA INDONESIA ANTI
ANARKISME
Solo,
04 September 2013