Rabu, 04 September 2013

FANATISME YANG BERLEBIHAN


ANARKISME BERNAMA SUPORTER SEPAKBOLA

                “Ayah aku takut.......!!”, suatu ketika saya keluar dari pintu stadion, seorang anak kecil yang digendong ayahnya berkata demikian dengan wajah pucat pasi, miris saya melihatnya. Niat ayah yang mengajak anaknya untuk mencari sebuah “hiburan”, yaitu pertandingan sepak bola yang biasanya disuguhkan pertandingan yang menarik dan hiburan dari koreo-koreo suporter tuan rumah yang menghibur, sambutan untuk suporter lawan yang hangat, dan balasan dari suporter lawan yang hangat pula, dengan kompaknya menanyakan kabar bagaimana keadaan suporter tuan rumah. Merinding melihat kekompakkan begitu banyak masa, dengan keramah tamahannya saling membalas yel-yel.
                Tapi tidak waktu seorang anak kecil yang digendong ayahnya berkata demikian, tidak ada pertandingan menarik, hanya 1 babak pertandingan, yang tidak dilanjutkan dengan babak kedua, dengan alasan tim tamu tidak mendapatkan keamanan, ya memang tidak aman, saya yang waktu itu duduk di bangku VIP saja merasa terganggu oleh ulah-ulah mereka yang mengaku seorang “suporter sejati”. HAH suporter sejati..?? TIDAK..!! Karena didalam sepakbola banyak mengajarkan kita tentang kebersamaan, sepakbola mempersatukan kita. FIFA sendiri sepagai otoritas tertinggi sepakbola dunia, mengajarkan untuk RESPECT, anti RASISME. Dimana kesejatian kalian..??
                Di dalam stadion hanya ada letusan-letusan petasan yang sampai mengarah ke para pemain dimana di dalam lapangan juga ada pemain-pemain tim yang kita bela, hujatan-hujatan kepada tim lawan, yang mana mereka adalah saudara-saudara kita, pemain lawan pun mereka adalah tulang punggung timnas kita, siapa yang rugi coba..?  Kalau salah satu pemain mereka cidera, yang mana mereka adalah tulang punggung timnas kita, pemain masa depan timnas kita. Berpikirkah anda sampai kesitu..?? Kita rugi, ya kita merugikan tim yang kita bela, kita memalukan kota kita sendiri yang terkenal dengan kesopanannya, mana kesopanan kalian.?? Ya kita pasti akan mendapat sanksi ataupun denda dari otoritas sepakbola tertinggi negeri ini, denda..?? Mampu kita bayar denda, sedangkan unutk membayar gaji pemain kita saja kita menunggak berbulan-bulan.
                Itu ya kesejatian kalian, kefanatikan kalian? Dengan alasan pada waktu bermain disana kita mendapat sambutan yang demikian pula. Dibenarkan ya, kejahatan dibalas dengan kejahatan? Sampai kapan akan terselesaikan, kapan stadion penuh, tiket sold out.?? Sebulan lalu saya kecewa gagal menyaksikan pertandingan berkualitas, yang diberi tajuk ”el classiconya Indonesia” karena hal-hal yang demikian itu, saya liat di sosial media, banyak saudara-saudaraku suporter yang menyayangkan itu, tapi apa? Kita sama saja dengan mereka kalau seperti itu tadi, memalukan, mengecewakan banyak pihak. Salah seorang pemain timnas pun membuat statmen di sosial media “Ini Sepak Bola bukan perang saudara”, pun demikan temanku yang menyaksikan pertandingan tadi di dalam stadion, berkata “Ini nonton bola apa nonton perang?”
                Ingin aku berteriak sekencang-kencangnya, untuk menghilangkan kekecewaan saya ini, kekecewaan pada sesuatu yang paling aku sukai, oh sampai kapan berakhir, Ya Tuhan ampunilah kami yang tega menghajar saudara-saudara kita sendiri.
SALAM SEPAKBOLA INDONESIA ANTI ANARKISME
                                                                                                                          Solo, 04 September 2013